Satu Babak Penuh Warna dari Moussa Sidibe
Dalam pertandingan pembuka Johor Darul Ta’zim (JDT) di Liga Super Malaysia melawan Penang FC, penyerang anyar mereka, Moussa Sidibe cukup menarik perhatian dengan gaya permainannya yang tidak seperti sayap pada umumnya.
Di atas kertas, Sidibe bermain sebagai sayap kanan pada 3–4–3nya JDT. Namun, secara posisi, Sidibe “berpetualang” untuk menciptakan keunggulan dalam jumlah pemain di berbagai fase permainan.
Melawan Penang, yang juga bermain dengan 3–4–3 dan bertahan dengan pertahanan zonal yang berorientasi pada bola, JDT berusaha untuk menciptakan keunggulan jumlah pemain di sisi kiri lapangan. Hal ini juga dibarengi dengan posisi pemain yang sangat dekat, agar mereka dapat langsung mempersempit ruang serang lawan ketika mereka merebut bola.
Sidibe merangsek masuk ke celah, untuk memanfaatkan perhatian pemain Penang yang terarah pada sekelompok pemain Selangor di pinggir lapangan serta di half-space. Setelah Sidibe merangsek, ia langsung masuk ke kelompok umpan tersebut, serta bek JDT mundur. Hal ini menciptakan segitiga di mana tiga pemain JDT dapat melakukan kombinasi umpan untuk memanfaatkan kurangnya depth (kedalaman) dari Penang.
Menit ke-14, Penang membuat gelandang kirinya bermain lebih dalam, untuk menjaga bek sayap kanan JDT, seakan-akan menciptakan struktur berbentuk 6–3–1. Sidibe menciptakan keunggulan 2v1 dengan memanfaatkan kurangnya kedalaman dari Penang. Agar JDT tidak mudah mendapatkan akses ke sepertiga lapangan yang paling dekat dengan gawang lawan (final third), bek sayap kiri dari Penang langsung mendekati Sidibe ketika ia mendapatkan bola.
Hal ini menciptakan celah yang besar di antara gelandang kiri dan bek tengah sisi kiri Penang. Da Silva langsung berlari ke celah itu, dan pada akhirnya juga membuka ruang untuk Forestieri untuk merangsek masuk. Sidibe membaca pergerakan ini dan mengumpan pada Forestieri, namun gagal.
Lalu, Sidibe muncul seakan-akan dia ingin menciptakan 4v3 di sisi kanan. Namun, JDT sudah mempersiapkan hal ini dengan menarik bek tengah sisi kanan Penang dan Sidibe berlari di belakang titik buta gelandang tengah Penang.
Menariknya, Sidibe nampaknya belum mempunyai naluri dalam memanfaatkan celah seperti penyerang pada umumnya. Di sini, dia meminta bola namun tidak memanfaatkan celah besar yang ada di sisi kanan. Celah tersebut pada akhirnya akan dimanfaatkan oleh Forestieri.
Hal yang dapat Sidibe lakukan pada situasi ini juga adalah langsung berputar dan mengikuti pergerakan Forestieri dan Da Silva, sehingga lini serang JDT mempunyai opsi tambahan.
Da Silva, Forestieri, dan Sidibe juga membentuk segitiga di final third. Pergerakan yang mereka lakukan cukup luwes, sehingga Sidibe mendapatkan ruang untuk bergerak.
Sidibe terus bergerak, bergerak, dan bergerak. Setelah dia mengumpan ke Saad, dia terus bergerak ke tengah untuk berpartisipasi dengan pemain lain dalam menciptakan keunggulan 4v2. Da Silva membawa bek tengah sisi tengah Selangor keluar dari zonanya secara sejenak dan Forestieri mempunyai waktu untuk merangsek ke dalam dan ikut menciptakan keunggulan.
Sidibe juga aktif — dan kadang terlalu agresif dalam menjaga pertahanan JDT, namun lebih berorientasi pada individual. Hal ini juga dapat membuat kelompok yang dikhususkan untuk mempersempit ruang serangan Penang menjadi kebingungan, dan transisi menuju serangan menjadi lebih sulit.
Satu hal yang disadari juga ketika menonton JDT: ketika umpan sudah diterima dengan pemain menghadapi baris pertahanan terakhir, para penyerang langsung membentuk segitiga untuk memecahkan baris pertahanan terakhir lawan.
Namun, ada beberapa saat di mana kebebasan lebih yang diberikan pada Sidibe membuatnya tidak bisa mengikuti rangkaian segitiga ini dengan maksimal. Seperti di cuplikan ini, dimana Forestieri dan Da Silva terpaksa harus berkoordinasi tanpa dirinya.
Selain itu, Sidibe juga telat dalam mengisi ruang kosong yang dihasilkan oleh Saad. Berlari setidaknya 0.5 detik yang lalu dapat membuatnya berada pada posisi optimal.
Selain itu, ada beberapa saat di mana Sidibe belum mampu untuk melesakkan umpan dengan kekuatan dan/atau penempatan yang pas, serta memilih saat-saat di mana dia harus mengumpan.
Mora juga menjelaskan bahwa kurangnya ruang untuk bergerak di sisi tengah, yang ironisnya juga disebabkan oleh tendensi Sidibe yang terus bergerak ke mana bola berada, menyebabkan dirinya harus ditarik pada menit ke-45.
Permasalahan yang dialami oleh Sidibe sebenarnya juga menggambarkan tentang perbedaan kualitas sepak bola di Asia Tenggara dengan luar wilayah, yaitu kemampuan untuk melakukan banyak aksi dengan tepat, dalam jangka waktu yang sempit.
Ambil contoh Daniel Podence. Dia merupakan sayap kiri/kanan di Wolves yang biasa melakukan eksplorasi di ke berbagai macam zona untuk membantu pembangunan serangan. Setelah menambah jumlah opsi umpan untuk Ruben Neves di tengah lapangan, Podence langsung melakukan lari ke untuk menerima bola dari bek sayap Wolves.
Tentu saja, kualitas latihan di Wolves jauh lebih tinggi dari pada JDT, namun contoh ini cukup baik untuk dijadikan sebagai tolak ukur sayap pada 3–4–3, yang dituntut untuk lebih banyak melakukan aksi (membangun serangan, berlari ke sayap, mengantisipasi pola umpan bek tengah-bek sayap-sayap) dalam tempo yang lebih cepat.
Jika melihat dari sudut pandang yang jauh, Sidibe masih perlu beradaptasi dengan permainan JDT. Dirinya harus dapat menggabungkan kemampuannya dalam memengaruhi pembangunan serangan JDT di berbagai macam zona dengan menjaga keseimbangan fase-fase serangan dari JDT.