Rizky Ridho di Persija: Kiri, Kanan, Tengah?
Rumor Rizky Ridho menuju Persija semakin kuat. Macan Kemayoran merupakan salah satu tim yang diisukan akan membeli jasa pemain berumur 21 tahun tersebut. Sebagai tim yang memiliki rencana jangka panjang, Persija tentunya memiliki perhitungan dalam mengamankan Ridho.
Pada artikel ini, aku akan mencoba membahas potensi Ridho di Persija secara menyeluruh. Kita akan memulainya dengan membahas kemampuan Ridho, tendensi bek tengah di formasi 3–4–2–1 dan variasi formasi yang diusung oleh Persija, bek correct-footed dan wrong-footed, serta potensi Ridho di tiap posisi bek tengah (kiri, kanan, dan tengah).
Ridho merupakan salah satu bek lokal terbaik di Indonesia, pada usianya yang baru 21 tahun. Ia merupakan bek yang serba-bisa, mampu melakukan banyak hal baik dalam fase menyerang, bertahan, maupun transisi.
Ridho mempunyai antisipasi yang baik; ia mampu mengolah informasi di lapangan dengan cepat dan bertindak dengan sesuai. Antisipasi ini digabungkan dengan agresivitas yang tinggi dan timing yang tepat, sehingga pemain lawan akan kesulitan ketika menerima bola.
Salah satu contohnya adalah ketika Ridho kehilangan bola. Dibandingkan dengan langsung meloncat, ia menjaga kuda-kudanya, melangkah selangkah demi selangkah, menunggu waktu untuk Egy dan Yasa memaksa pemain Curacao keluar. Ia kemudian berhasil menekel bola keluar lapangan.
Ridho juga merupakan pemain yang cukup cepat tanggap dalam menyerang. Meskipun dia ga punya passing range seperti Amat, ia merupakan bek yang cukup serba bisa dalam pilihan umpannya. Ia bisa melakukan umpan jauh ke depan….
atau melakukan umpan membelah lini dan sirkulasi menuju pemain yang lebih bebas.
Ia juga, sedikit demi sedikit, meningkatkan kepercayaan diri dalam membawa bola ke depan. Perkembangan ini terlihat pada saat kualifikasi Piala Asia dan AFF 2022. Di sini, Ridho mengantisipasi pergerakan lawan yang terlalu ke depan, dan menggunakan momentum tersebut untuk maju ke depan.
Perkembangan ini juga terlihat ketika ia menerima bola; Ridho langsung menyentuh bola ke arah yang ia mau. Dalam situasi serangan lewat samping, sentuhan Ridho langsung memicu rotasi lewat sisi kanan, yang berujung pada umpan pantul Yasa menuju Rian.
Akan tetapi, layaknya setiap pemain bola, Ridho juga punya beberapa kekurangan. Tinggi badannya yang kurang membuat mantan pemain Persebaya ini kesulitan menghadapi musuh dengan badan tinggi — untung aja Ucup dan Krmencik bakal jadi rekan, bukan musuhnya hehe.
Ridho nampaknya sadar akan kelemahan ini dan berusaha menutupinya dengan loncatan tinggi, dan sering kali ia berhasil dalam melakukan hal tersebut. Namun, loncatan hanya akan menutupi kelemahannya hingga taraf tertentu, sehingga kelemahan Ridho masih bisa dieksploitasi oleh lawan. Ini terjadi terutama ketika melawan musuh yang unggul secara fisik.
Agresivitas Ridho juga kadang merugikan tim apabila timing-nya kurang tepat. Bola dihempaskan oleh pemain Yordania menuju rekannya yang berlari ke belakang lini. Ridho ga ragu-ragu untuk mengejar dan meloncat ke parah emain tersebut. Namun, pemosisiannya yang kurang menutupi gawang memberikan ruang dribel bagi pemain itu.
Ketika menyerang, selain ga punya passing range sebagus Amat, Ridho juga ga terlalu fleksibel dalam menggunakan kakinya ketika mengumpan. Ia paling sering menggunakan kaki dalam, namun jarang menggunakan kaki luar atau punggung. Dampaknya ga drastis, sih, tapi ini dapat menghambat Ridho untuk menjadi progresor elite.
Nah, tadi udah dijelaskan kekuatan dan kelemahan dari Ridho. Sekarang, kita akan coba bahas mengenai tendensi bek yang bermain di formasi 5–2–2–1/3–4–2–1 baik dalam fase menyerang maupun bertahan, beserta variasi yang digunakan oleh Persija.
Formasi 3–4–2–1 mempunyai struktur geometris yang hampir sama dengan 3–4–3. Keduanya memiliki rasio panjang-lebar-tinggi segitiga yang paling merata, sehingga mempermudah rotasi antarpemain. Namun, struktur dari 3–4–2–1 memiliki rasio yang tidak semerata 3–4–3; ini disebabkan oleh sayap yang “bergeser” ke tengah, menjadi gelandang serang. Alhasil, rotasi 3–4–2–1 ga akan seefektif 3–4–3.
Selain mempermudah rotasi, rasio ini juga memberikan banyak opsi diagonal bagi pemain. Banyaknya opsi diagonal dapat membuat pemain leluasa membawa bola dari belakang ke depan dengan efisien. Terkhusus untuk formasi 3–4–2–1, posisi gelandang serang yang berdekatan dengan gelandang tengah akan mempermudah koneksi melalui tengah.
Contoh dari keunggulan geometris tersebut bisa dilihat di sini. Persija mencoba untuk melakukan build-up dari belakang dengan memposisikan gelandang serang secara dalam, bek sayap secara lebar, dan bek tengah mendekat ke sayap (alasannya akan dijelaskan nanti). Pemosisian ini akan merentangkan pertahanan lawan, dan gelandang yang berada di tengah mampu untuk menerima umpan diagonal dari bek tengah tersebut.
Meskipun banyaknya pemain di sisi tengah memiliki banyak keuntungan, pemosisian ini akan meninggalkan ruang kosong di sisi samping. Kurangnya ruang di sisi samping dapat merugikan tim ketika fase bertahan (misal switch melalui sayap) dan menyerang (bek tengah dan sayap yang harus maju untuk mengisi ruang kosong tersebut.
Kurangnya gelandang single-pivot juga menyebabkan ruang antarlini yang cukup besar di antara gelandang tengah dan bek. Alhasil, bek tengah dan bek sayap harus maju untuk menyokong serangan lewat sayap (menyerang), dan meloncat untuk press di ruang samping lini dan antarlini (bertahan).
Di contoh pertama kita bisa lihat Hanif menghalau pemain Persebaya yang masuk ke ruang antarlini. Kemudian, di contoh selanjutnya kita bisa lihat Hansamu dan Firza melakukan press ke ruang samping lini.
Bek yang maju melakukan pressing layaknya seorang gelandang membuat Persija mampu untuk melakukan high press meskipun bermain di sistem 3 bek. Ditilik dari Wyscout (per tanggal 18 Februari), mereka menempati posisi kedua PPDA tertinggi (intensitas pressing kasarnya), dibawah Persita.
Akan tetapi, dengan bek tengah yang melakukan press, ruang umpan menuju belakang lini akan terbuka. Alhasil, bek tengah lainnya harus melakukan cover untuk menjaga musuh yang berlari ke ruang tersebut.
Kita akan lanjut ke fase menyerang. Para bek tengah biasanya akan mengisi posisi gelandang — atau bahkan maju ke depan apabila terdapat kesempatan. Di contoh ini, Reski (gelandang tengah) turun, sedangkan Hanif dan Hansamu maju, membuat satu lini tengah.
Ruang samping lini yang besar membuat bek tengah sisi samping sering bergeser ke sisi sayap dan berfungsi layaknya full-back. Di sini, kita bisa lihat Ferrari yang bergeser ke ruang sayap, dan mengincar striker Persija yang lari ke belakang lini.
Terkadang bek tengah sisi tengah juga turut serta melakukan bangun serangan ke samping. Di contoh ini, Kudela merangsek masuk ke ruang samping, menjadi opsi umpan “keluar” dari pertahanan Persib — namun DDS sudah membacanya.
Oke. Udah kegambar dikit gimana para bek tengah ini bermain dalam sistem 3–4–2–1-nya Persija. Sekarang, kita akan coba lihat posisi bek yang berkaitan dengan kaki kuat dan kaki lemahnya.
Raihan sempat nulis artikel berjudul “Looking Inside from the Outside.” Inti dari tulisan ini adalah bek sayap berkaki lemah (wrong-footed, misal bek kanan berkaki kiri) akan lebih mudah bermain di sisi dalam lapangan. Ketika menyerang, mereka akan lebih mudah melakukan cut inside dan umpan menuju sisi dalam, sedangkan ketika bertahan mereka akan lebih mudah menjaga pemain yang merangsek ke dalam.
Logika ini juga bisa digunakan pada bek tengah. Bek tengah wrong-footed umumnya lebih mudah melakukan penetrasi, sehingga mereka lebih sering maju ke depan untuk menciptakan overload di sisi tengah. Overload ini akan membuat pemain memiliki 3 opsi: (1) pilih umpan menembus atau melampaui lini melalui tengah, (2) sirkulasi menuju pemain yang menghadap ruang kosong, atau (3) switch ke sisi sebaliknya.
Ketika fase bertahan, bek tengah wrong-footed akan lebih mudah dalam merebut pemain yang menghadap ke dalam, memotong umpan menuju ke dalam, atau pemain yang cut inside. Ini adalah ketiga contohnya: (1) Fikayo Tomori, (bek wrong-footed), merebut bola dari Jonathan Ikone yang melakukan cut inside, (2) merebut bola dari pemain Torino yang berusaha membawa bola ke dalam, dan (3) melakukan intersep setelah situasi kemelut/bola kedua.
Umumnya apabila pemain dipersulit untuk bergerak ke dalam, mereka akan mencoba mengincar ruang di luar. Karena sisi luar berkebalikan dengan kaki kuat, maka pemain akan memutar badan untuk merebut bola. Contohnya bisa dilihat ketika Tomori menjatuhkan dirinya untuk menekel Kane.
Bek correct-footed (misal: bek kanan berkaki kanan) memiliki keuntungan dalam segi banyaknya opsi umpan. Sudut umpan dari bek correct-footed lebih besar dari bek wrong-footed, sehingga akan ada banyak opsi untuk memprogresikan bola. Ruang Taktik sempat membahas perihal ini dalam video analisis mengenai Elkan:
Tadi sudah dijelaskan kalau bek tengah sisi samping sering bergerak ke sisi sayap. Nah, hal ini bisa menjadi sebuah keuntungan bagi bek correct-footed, karena kakinya yang lebih dekat ke sisi luar.
Sebagai contoh, Facundo Medina (bek tengah sisi kiri) menjadikan dirinya sebagai opsi umpan di sayap. Alhasil, skema third man (menemukan pemain melalui “pemain perantara”) bisa dilaksanakan dengan baik. Kedua hal ini membuat Medina mampu menjadi progresor utama Lens lewat belakang. Koneksi menuju gelandang tengah dan serang menjadi lebih mudah untuk dilakukan.
Akan tetapi, bek correct-footed gaakan bisa sebaik bek wrong-footed dalam melakukan penetrasi ke tengah lapangan. Goncalo Inacio (correct-footed) udah mencoba melakukan penetrasi, namun ga bisa menusuk ke tengah dengan nyaman. Momentum serangan hilang dan ia harus kembali melakukan sirkulasi ke kanan.
Ketika bertahan, kebalikan dari bek wrong-footed, mereka akan lebih mudah menghentikan pemain yang bergerak ke luar dibandingkan ke dalam. Nah, ini bakal jadi kerugian apabila musuh dapat melakukan cut-inside.
Apabila musuh bergerak ke dalam, maka ia akan memiliki kemungkinan lebih tinggi dalam mencetak gol (seperti yang terlihat di grid xT tadi). Di contoh ini, Jonathan Gradit (kaki kuat kanan) harus memutar badan untuk menghalau tendangan jarak jauh dari pemain Strasbourg. Ini salah satunya membuat area tembakan masih tidak tertutup dengan baik, dan menghasilkan kebobolan bagi Lens.
Kita udah bahas mengenai bek wrong dan correct-footed. Sekarang, kita akan coba bahas mengenai bek tengah sisi tengah. Tingkat kebebasan yang dihasilkan oleh posisi ini merupakan salah satu hal yang menarik untuk dibahas.
Karena posisi bek tersebut berada di tengah, maka ia punya jarak pandang 180 derajat di atas lapangan. Alhasil, opsi umpan akan mencakup semua sisi dari lapangan. Ini sangat penting pada fase build-up, di mana pemain di posisi ini mampu untuk memilih opsi umpan terbaik dan memicu fase progresi.
Sedikit disclaimer bahwa kesulitan umpan akan sangat bergantung pada kaki kuat. Apabila kaki terkuat adalah kanan, maka pemain tersebut akan lebih mudah mengakses sisi kanan, dan sebaliknya.
Ini adalah salah satu contoh preferensi umpan dari Eric Dier (kaki kuat kanan). Bisa dilihat dari ketebalan panah kecondongan preferensi umpannya ke arah kanan (menuju Romero dan Bentancur).
Bek tengah sisi tengah juga sering “menyelip” masuk untuk menambah jumlah pemain di tengah. Selain menambah opsi umpan, pemosisian ini juga dapat pancing press lawan dan buka ruang bagi rekan.
Dalam segi bertahan, bek tengah sisi tengah umumnya menjaga sisi tengah, karena posisinya yang berdekatan dengan gelandang — yang berarti mereka akan melakukan press untuk menghadang pemain yang masuk ke ruang antarlini. Akan tetapi, bek tersebut juga punya tanggung jawab untuk melakukan cover pada rekan bek tengah yang melakukan press.
Semua udah dibahas, sekarang tinggal million dollar question. Ridho cocok dimainkan di mana? Aku langsung jawab aja. Ketiganya, sesuai dengan situasi yang ada di lapangan. Iya, iya, jawaban “tergantung konteks” adalah jawaban yang kurang lengkap, maka aku akan eksplor potensi situasi yang dapat terjadi:
Pertama, Ridho menjadi bek correct-footed (bek tengah sisi kanan). Paling memungkinkan, karena Ridho sangat dominan menggunakan kaki kanan. Solid dalam menemukan opsi progresi paling sesuai, Ridho juga akan diuntungkan dengan pakem Persija.
Contoh pertama adalah menggeser pertahanan lawan untuk membuka ruang bagi gelandang. Ridho nantinya dapat menemukan gelandang tersebut dengan umpan diagonal. Pakem ini cocok untuk mengalahkan pertahanan zonal.
Persija suka melakukan overload di sisi samping, yang menarik pertahanan sisi samping dari lawan. Dengan pertahananan yang tertarik, ruang kosong terbuka bagi striker untuk berlari ke ruang belakang lini. Distribusi dari belakang akan berguna untuk mendobrak pertahanan lowblock yang agresif, seperti PSM.
Tadi sudah dibahas kalau kurangnya gelandang dapat membuat striker turun, menciptakan kalah jumlah pemain di satu lini (4 lawan 5). Ridho bisa mengantisipasi situasi ini dengan cara maju dan menghadang striker yang turun. Alhasil, akan terdapat 5 pemain di satu lini dan kekalahan jumlah berhasil dinetralisasi.
Kemudian, Ridho menjadi bek wrong-footed (bek tengah sisi kiri). Ini pilihan paling sesuai untuk mengalahkan lowblock dan high press. Ridho bisa maju, melakukan overload, serta menemukan opsi di sektor tengah. Selain itu, Ridho juga dapat melakukan dribel untuk memancing atensi musuh dan membuka ruang kosong di sisi lain.
Ketika bertahan, kemampuan 1 lawan 1, timing loncat, dan agresivitas Ridho akan mempersulit tim dengan sayap yang sering cut inside. Ini akan sangat berguna ketika melawan tim dengan sayap yang sangat agresif.
Yang terakhir, Ridho jadi bek tengah sisi tengah. Tadi udah dibahas mengenai keberanian Ridho yang meningkat ketika bawa bola. Ini akan sangat berguna untuk mematahkan lini press lawan, serta menambah jumlah pemain di lini tengah. Dengan bertambahnya jumlah pemain, opsi serangan semakin bertambah pula dan musuh akan mengalami dilema.
Ridho juga bisa “menyelip” masuk ke lini pertahanan lawan untuk menambah jumlah di lini tengah. Bertambahnya jumlah di lini tengah akan menambah kebebasan bagi gelandang untuk naik ke depan. Ini bisa jadi salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan Ridho dalam berkoneksi.
Dengan agresivitas dan antisipasi yang seimbang, Ridho mampu untuk menghentikan striker yang bergeser ke sisi sayap. Salah satu momen yang kemungkinan dapat terjadi adalah Ridho melakukan press ke sisi dekat bola. Dengan sayap yang turun dan gelandang yang mendekat, Persija akan mendapatkan keunggulan jumlah.
Kemampuan tersebut juga bisa digunakan untuk menghentikan musuh yang berlari ke belakang lini. Mekanisme yang biasa dilakukan adalah musuh memancing bek tengah dan membuka ruang lari ke belakang lini. Ridho bisa menggunakan antisipasinya dengan membaca pola pikir lawan; apabila ia menyadari keinginan musuh untuk melakukan umpan melampaui lini, ia bisa dengan mudah menghentikan opsi umpan tersebut.
Dari seluruh pembahasan tadi, bisa tergambarkan bahwa kepindahan Ridho ke Persija akan menciptakan simbiosis mutualisme antara kedua belah pihak; Ridho akan diuntungkan dengan pakem permainan Persija yang intens namun sesuai dengan kemampuannya, dan Persija akan diuntungkan dengan membeli pemain bernilai tinggi seperti Ridho. Menarik untuk melihat kiprah bek berumur 21 tahun ini di Macan Kemayoran.
Daftar Pustaka
- Feehely A. Under the spotlight: Lens star Facundo Medina [Internet]. Twenty3. 2023 [cited 2023 Apr 17]. Available from: https://www.twenty3.sport/under-the-spotlight-lens-star-facundo-medina/
- JM Productions HD. Fikayo Tomori 2022/23 ► Defensive Skills, Tackles & Goals — Milan | HD [Internet]. www.youtube.com. 2023 [cited 2023 Apr 17]. Available from: https://www.youtube.com/watch?v=wq7yhMEOse8&t=252s
- Raihan MY. Looking Inside from the Outside [Internet]. Medium. 2022 [cited 2023 Apr 17]. Available from: https://medium.com/@myusufraihan/looking-inside-from-the-outside-721a1cf684ca
- Ruang Taktik. ANALISIS ELKAN BAGGOT | Center Back Wonderkid Indonesia Berusia 19 Tahun [Internet]. www.youtube.com. 2022 [cited 2023 Apr 17]. Available from: https://www.youtube.com/watch?v=Rc553Fbf-R0&pp=ygUaZWxrYW4gYmFnZ290dCBydWFuZyB0YWt0aWs%3D
- Worville T. Introducing “expected threat” (or xT), the new metric on the block [Internet]. The Athletic. 2021 [cited 2023 Apr 17]. Available from: https://theathletic.com/2751525/2021/08/06/introducing-expected-threat-or-xt-the-new-metric-on-the-block/