Memberontak (dengan baik dan benar)

Irzi Ahmad R
1 min readSep 27, 2024

--

Aku adalah seorang pemberontak. Ya, setidaknya hingga tiga hari yang lalu. Aku adalah pemberontak yang sudah selesai dengan dirinya.

Ketika kita tinggal di lingkungan yang kurang sesuai dengan prinsip dan keinginan kita, kompromi terasa sebagai sesuatu yang sangat masuk akal. Namun, realitanya, ada saatnya kita perlu melawan segalanya untuk menemukan diri kita.

Maka, aku pun terbang dan mencoba hal yang tidak pernah keluargaku lakukan sebelumnya: menjadi psikolog. Berbekal didikan les Bahasa Inggris, kepintaran, didikan akademis, modal finansial, tempat tinggal, dan hati yang tulus namun lancang ini, aku menjajal segalanya.

Segalanya, meskipun aku tidak pernah memahami diriku yang sebenarnya. Hingga 4 (sebenarnya 1,8 tahun) tahun merantau pun membuatku menemukan dirku yang sebenarnya. Seorang psikolog yang kebetulan suka analisis sepak bola.

Berbalik dari Jatinangor (kota sebesar Kambang Iwak), aku pun bertabrakan dengan lingkungan lamaku. Ilmu dan pengalamanku bergesekan dengan ilmu dan pengalaman rumah. Gesekan yang sangat kuat, melebihi gesekan kaki Hariono terhadap gelandang yang sedang ketiban sial.

Aku berteriak (untung tidak sampai memaki), melawan, menerjang ketidakmungkinan. Ada sedikit tangis (ya wajar karena diriku yang cengeng dan sensitif ini), namun setelah semuanya selesai, aku pun merasa puas. Semua juga puas, mengingat perjuanganku ada hasilnya. Dan aku pun akan menyambut diriku yang baru ini untuk masa depan.

Barangkali, seorang pemberontak adalah seorang yang melawan ketidakmungkinan, dan kembali untuk mengubah lingkungannya. Membawa masa depan menuju lingkungan yang terobsesi dengan masa lalu dan tradisi.

Mungkin, hidupku memang sudah ditakdirkan seperti itu.

--

--

No responses yet