Declan Rice: Masalah Baru bagi Arsenal

Kenapa aku tak terlalu takjub dengan transfer Rice

Irzi Ahmad R
3 min readDec 25, 2024

Aku adalah pendukung Arsenal selama 15 tahun. Aku sudah melihat banyak transfer, baik yang murah meriah hingga mahal. Namun, aku tak pernah melihat transfer yang lebih membingungkan dari Declan Rice.

Rice adalah pemain yang sangat lihai secara teknik: ia nyaman membawa bola dari belakang ke depan, sedikitnya mampu mengontrol tempo permainan, hingga mencetak gol. Di saat ia bertahan, ia mampu bermain keras dan memenangkan bola dengan baik (dan bersih).

Rice adalah pemain termahal yang pernah dibeli oleh Arsenal, dan pembeliannya termasuk yang termahal ke-8 sepanjang masa. Ia nampak memenuhi ekspektasi fans dengan memberikan permainan yang solid. Akan tetapi, ada hal yang membuatku sedikit ragu dengan transfer Rice.

Rice merupakan pemain dengan profil yang berbeda dari pendahulunya, Granit Xhaka. Meskipun mereka berdua adalah gelandang bertahan yang bisa menyerang, Rice lebih sering membawa bola dan Granit lebih sering maju ke depan.

Ini terlihat dari data di mana Rice terlihat lebih aktif dalam melakukan playmaking dibandingkan dengan Xhaka. Pemain asal Swiss ini justru lebih terlihat lebih aktif di kotak penalti, karena lebih sering mengalah dan melakukan pergerakan tanpa bola, yang terlihat dari statistik sentuhan di kotak penalti.

Memang, Xhaka adalah salah satu alasan juga kenapa Arsenal mampu melebihi ekspektasi dan mendapatkan juara dua pada musim 2022/23. Pergerakan tanpa bolanya mampu untuk menambah variasi di skema serangan Arsenal, yang biasanya berupa pergerakan Saka dan White, atau switch ke arah kiri.

Di musim depannya, Rice masuk, dan dia terbukti merupakan upgrade dari Xhaka. Ia mampu untuk mengontrol pertandingan dengan pergerakannya, dan mampu untuk melesakkan tembakan jarak jauh atau sesekali merangsek masuk ke kotak penalti.

Meskipun begitu, perubahan ini justru mengurangi variasi Arsenal ketika menyerang. Serangan Arsenal terkesan buntu, karena pemain terlalu banyak mengontrol bola di tengah. Permainan terkesan lebih textbook, karena bola lebih sering dimainkan di tengah, Arsenal jadi terlalu bergantung pada Saka atau crossing dari sisi belakang.

Mengacu dari data, Arsenal mengalami musim terburuknya dalam 3 tahun terakhir. Arsenal tidak mampu mencetak peluang dengan baik, dan di sisi lain tidak mampu pula menambah pundi gol.

Sumber: https://theanalyst.com/eu/2024/11/are-arsenals-premier-league-title-hopes-already-over-for-2024-25

Tentu saja, semua ini juga disebabkan oleh cederanya Martin Odegaard, kreator andalan The Gunners. Odegaard berguna untuk membuka ruang dan menyelesaikan serangan. Ini tidak serta merta menafikan bahwa Arsenal perlu sedikit variasi di sisi depan.

Kai Havertz mungkin mampu untuk menjadi penghubung antara sisi tengah dan depan, namun ia kurang cocok untuk dijadikan juru gedor; ia kerap kali kurang menunjukkan effort di depan gawang. Martinelli butuh pembuka ruang yang biasanya merupakan tugas Odegaard dan Xhaka.

Mungkin, variasi serangan Arsenal justru mampu diberikan oleh pemain yang lebih aktif di lapangan, seperti Gabriel Jesus dan Leandro Trossard. Namun, bisa dibilang Jesus terlalu sering cedera dan Trossard suka angin-anginan. Apabila mereka cedera, Arsenal tidak punya opsi lagi.

Ini menjadi alasan sebenarnya mengapa Arsenal membutuhkan penyerang. Skema permainan Arsenal semakin berkurang semenjak datangnya Rice dan mereka membutuhkan penyerang yang lebih aktif menciptakan peluang. Pekerjaan rumah Arteta akan menjadi sangat banyak…..

--

--

No responses yet