Budak Sistem Tedesco

Irzi Ahmad R
2 min readJun 19, 2024

--

Bayangkan kamu adalah seorang pelatih, dan kamu bertugas menangani pemain level atas, hingga terbaik di dunia. Pemain yang dikenal dengan bakat alami tersebut harus dimaksimalkan dengan baik, sehingga ia mampu berkontribusi dengan baik pula. Oleh sebab itu, kamu menggunakan pendekatan yang dianggap baik.

Sayangnya, pendekatan yang digunakan oleh Domenico Tedesco kemarin bisa dibilang kurang efektif. Diberkahi 4 penyerang kelas atas dan level dunia (de Bruyne, Lukaku, Trossard, Doku), pendekatan yang ia gunakan malah terkesan menghambat kemampuan mereka.

Tulisan ini akan tetap saya buat meskipun hasil tersebut bisa saja berbeda kemarin. Ini menjadi salah satu kekhawatiran banyak orang mengenai sepak bola modern.

Gaya main Tedesco bisa dibilang mirip dengan Roberto de Zerbi dan Francesco Farioli. Permainan umpan yang diusung oleh mereka terkesan diambil dari buku diktat. Passing harus dilakukan dengan tempo tertentu, ke arah tertentu, dan dengan bentuk badan tertentu. Pemain harus mengisi ruang tertentu, tidak boleh keluar dari zonanya.

Pengorbanannya? Bakat alami dari de Bruyne, Trossard, hingga Lukaku bisa dibilang “dikebiri.”

Salah satu yang membuatku geleng-geleng kepala adalah momen di mana de Bruyne (yang biasanya langsung melesat ke depan dan melihat opsi) harus menerima bola dan lansgung menghadap kiri, dan Trossard (yang lebih suka menerima bola di ruang apit/sayap) harus mendekat ke de Bruyne untuk menerima bola. Kedua hal ini berbanding terbalik dengan insting permainan mereka.

Kesalahan selanjutnya yang paling fatal adalah menaruh Doku (seorang sayap yang sangat jago di situasi satu lawan satu) untuk melakukan build-up di kerumunan. Hal tersebut tidak sesuai dengan kemampuan terbaiknya, dan berakhir pada Doku yang salah mengumpan ke lawan.

Chemistry alami dari pemain yang baru terlihat di ujung pertandingan, di mana permainan mulai menjadi lebih terbuka dan pemain lebih sering ambil inisiatif. Gol Lukaku yang dianulir merupakan buah dari kecepatan Openda, beserta positioning yang baik dari Lukaku di kotak penalti.

Permainan Belgia benar-benar aneh. Kenapa pemain-pemain bintang dimainkan layaknya mereka adalah budak sistem, padahal mereka mempunyai kemampuan untuk mengubah jalannya pertandingan? Kita sudah melihatnya pada pertandingan Turki lawan Georgia semalam. Tidak ada salahnya bermain terbuka, asal pemainmu bagus.

Pendekatan yang Tedesco gunakan kemarin malam sangat aneh, dan ini tidak hanya terlihat darinya. Banyak pelatih yang memaksakan untuk bermain build-up cantik dengan skema permainan tertentu, padahal tidak sesuai dengan kemampuan pemainnya. Pemain terlihat bodoh, padahal itu bukan salah mereka! Ya Tuhan….

--

--

No responses yet